Sunday, March 4, 2007
Perak Kotagede yang Semakin Mengkilap
Siapa tak mengenal Kotagede. Kawasan ini terkenal sebagai satu-satunya pusat produksi kerajinan perak di Yogyakarta. Beragam perak handmade mulai anting, cincin, dan kalung bercorak seni tinggi banyak dipasarkan di sana. Konsumen pun leluasa memilih satu di antaranya. Harga yang dipatok juga bervariasi antara Rp 10 ribu sampai Rp 30 juta. "Konsumennya dulu hampir sebagian besar turis asing," kata Indari, pengrajin perak di Kotagede. Tapi, sejak musibah peledakan Bom Bali, jumlah wisatawan asing menurun.
Kendala demikian tak menyurutkan semangat Indari. Wanita muda ini rajin mengikuti pameran di Jakarta dan di beberapa negara. Aneka produk peraknya juga dipasarkan online lewat situs-situs internet. "Kita aktif mengikuti pameran untuk menjaring konsumen," lanjut Indari. Kerja keras itu membuahkan hasil. Belum lama berselang, ia berhasil menjalin kontrak kerja sama dengan sejumlah perusahaan di luar negeri.
Kini, jumlah produsen perak di Kotagede semakin banyak. Ada yang kecil-kecilan, dengan tenaga kerja satu-dua orang, hingga yang mempekerjakan 50 orang perajin. Ini lantaran kerajinan perak telah dilakukan turun temurun sejak dahulu. Konon, maraknya perajin perak berawal dari pemenuhan kebutuhan akan perhiasan atau perlengkapan lainnya bagi raja serta kerabat-kerabatnya.
Pengerjaan perak secara manual mengandalkan keterampilan tangan tetap dipertahankan. Cara membuat kerajinan itu cukup rumit. Mulanya, perak lempengan dipahat sedikit demi sedikit dengan lembaran aspal atau lilin atau sebuah kawat perak tipis. Lempengan ini lantas dipilih dan dirangkai sedemikian rupa untuk memperoleh bentuk yang dikehendaki. Bagian rumit yang perlu dilas harus dikerjakan dengan teliti. Tapi, sebagian perak juga memerlukan proses yang berbeda. Contohnya dengan dibakar, untuk memperoleh perak bakar yang juga banyak digemari. (KEN/Tim Usaha Anda) — Liputan6.com, Yogyakarta