Showing posts with label History. Show all posts
Showing posts with label History. Show all posts

Friday, July 26, 2013

Cara mengetahui Perhiasan Perak Palsu atau tidak


Cara mengetahui Perhiasan Perak Palsu atau tidak

Foto by Hs Silver

1. Lihat ada cap S925 atau 925 tidak
Umumnya perhiasan perak itu ada cap kadar. Liat saja apakah ada cap tersebut atau tidak. Pasti ada yang bertanya bedanya cap S925 dan 925 itu apa. Sebenarnya cap depan 'S' itu artinya Sterling / telah di lapis / krom emas putih. Cuma kadang ada distributor yang ambil dari pabrik terus krom sendiri. Jadi meski warnanya sudah emas putih tapi cap nya tetap '925'. Jadi cap tersebut tidak ada perbedaan signifikan, karena kita dapat krom ulang sendiri di toko yang menerima jasa krom.

2. Lihat warnanya.
Ini yang agak sulit. Karena biasanya kita sering butuh pengalaman meliat mana warna emas putih dan warna perak asli. Diluar warna itu biasanya kita sudah boleh bertanya-tanya. Sebagai referensi teman-teman dapat merujuk pada post di http://silverforyou.blogspot.com/2010/06/perbedaan-sterling-silver-dan-silver.html

3. Lap pakai kain.
Lap pakai kain, biasanya perak mudah teroksidasi. Kalo kain anda hitam-hitam berarti logam tersebut perak.

4. Bawa ke toko atau tempat gadai.
Biasanya toko atau tempat gadai untuk test perak ada yang mengenakan biaya ada juga bagian dari servis kepada konsumen. Biasanya mereka menggunakan asam sitrat untuk menguji perhiasan. Cuma hati-hati, jangan sampai perhiasan anda yang terkena asam sitrat tersebut, karena bisa meninggalkan bekas atau jejak hijau. Umumnya mereka menggunakan batu untuk menggesek perhiasan anda. Disitulah asam sitrat akan ditaruh untuk meliat reaksi warna pada batu tersebut. Hampir sama seperti pengujian perhiasan emas.

Friday, July 19, 2013

Sejarah Kerajinan Perak Kotagede, Jogja.



Sejarah Kerajinan Perak Kotagede, Jogja

Sebelum berkembang menjadi sentra kerajinan perak, Kotagede merupakan ibu kota Kerajaan Mataram yang pertama, dengan raja pertama Panembahan Senopati.Panembahan Senopati menerima kawasan yang waktu itu masih berupa hutan yang sering disebut Alas Mentaok dari Sultan Pajang, Raja Kerajaan Hindu di Jawa Timur.

Kotagede menjadi ibu kota hingga tahun 1640, karena raja ketiga Mataram Islam, Sultan Agung, memindahkannya ke Desa Kerto, Plered, Bantul. Keberadaan perajin perak muncul seiring dengan lahirnya Mataram. Perpindahan ibu kota ke Plered itu ternyata tidak membuat para perajin ikut-ikutan pindah. Mereka yang biasanya melayani kebutuhan raja itu tetap mempertahankan usahanya dengan menjualnya ke masyarakat umum.

Masa kejayaan Kotagede sebagai sentra industri perak terjadi pada era 1970-1980. Saat itu, jenis barang didominasi oleh alat-alat makan untuk memenuhi permintaan turis asing dan Saat itu belum banyak toko yang menjual produk kerajinan perak.

Keberadaan perajin perak di Kotagede juga tak luput dari peran Verenigde Oost-IndischeCompagnie (VOC) yang masuk ke Yogyakarta sekitar abad ke-16 silam. Waktu itu, banyak pedagang VOC yang memesan alat-alat rumah tangga dari emas, perak, tembaga, dan kuningan ke penduduk setempat.

(scribd)


I am Antok from Yogyakarta, Indonesia. Do you love handmade silver jewelries directly from the crafters in Kotagede?
Contact me: Antonius Bramanty Sri Wardhana (Antok); 0812 2700 3375 ; 085726103393 (+SMS); E:kgperak_925@yahoo.com; Twitter:kgperak ; FB:antonius bramanty sri wardhana ; PIN BB: 28AC4A3C. Address: KG Perak, Jl. Mondorakan no.81, Kotagede, Yogyakarta,dan XT SQUARE (terminal lama umbulharjo) kios C lantai 2 no 79 Indonesia.
Menyediakan berbagai kerajinan perak langsung dr pusat perak Kotagede Yogyakarta.

Proses Pembuatan Kerajinan Perak Kotagede, Jogja.



Proses Pembuatan Kerajinan Perak Kotagede, Jogja.

Selain Kotagede, sebenarnya ada beberapa sentra kerajinan perak lain di Indonesia,seperti Bali dan Lombok. Namun, kerajinan perak Kotagede memiliki ciri khas tersendiri,yakni tetap dipertahankannya proses pembuatan barang kerajinan secara manual.

Lokasi perajin perak di Kotagede tersebar merata, mulai dari Pasar Kotagede sampaiM asjid Agung. Saat ini sekitar 60 toko yang menawarkan berbagai produk kerajinan perak.Sedikitnya ada empat jenis tipe produk yang dijual, yakni filigri (teksturnya berlubang-lubang), tatak ukir (teskturnya menonjol), casting (dibuat dari cetakan), dan jenis handmade (lebih banyak ketelitian tangan, seperti cincin dan kalung).

Untuk memperoleh sebuah bentuk, banyak proses yang harus dikerjakan seorang perajin.Yanto, perajin perak, menjelaskan, tahap paling awal adalah membuat desain, kemudian memindahkan desain itu ke cetakan. Selanjutnya, lempengan kuningan atau tembaga sebagai bahan dasar didrik dengan memakai timah lunak. Setelah didrik baru dirangkai. Langkah terakhir adalah pelapisan bentuk yang sudah jadi dengan perak melalui proses penyepuhan.Sebagian bentuk memerlukan proses yang berbeda. Perak lempengan harus dipahat sedikit demi sedikit dengan lembaran aspal atau lilin atau kawat perak tipis, dan dirangkai sedemikian rupa untuk memperoleh bentuk yang dikehendaki.

Kebanyakan ornamen kerajinan perak Kotagede sangat dipengaruhi oleh motif kain batik.Penentuan harga barang kerajinan perak tidak hanya didasarkan pada besar-kecil atau beratnya, tetapi juga nilai seni dan tingkat kerumitan dalam pengerjaannya.

(scribd)

I am Antok from Yogyakarta, Indonesia. Do you love handmade silver jewelries directly from the crafters in Kotagede?
Contact me: Antonius Bramanty Sri Wardhana (Antok); 0812 2700 3375 ; 085726103393 (+SMS); E:kgperak_925@yahoo.com; Twitter:kgperak ; FB:antonius bramanty sri wardhana ; PIN BB: 28AC4A3C. Address: KG Perak, Jl. Mondorakan no.81, Kotagede, Yogyakarta,dan XT SQUARE (terminal lama umbulharjo) kios C lantai 2 no 79 Indonesia.
Menyediakan berbagai kerajinan perak langsung dr pusat perak Kotagede Yogyakarta.

Friday, September 28, 2012

Makam Raja-raja Mataram Kotagede

Kunjungan ke Makam Kotagede merupakan perjalanan wisata ziarah yang masih berkaitan dengan kunjungan ke obyek-obyek wisata di lingkungan Kraton Yogyakarta. Sebenarnya makam ini bernama Makam Sapto Renggo, namun umumnya masyarakat Yogyakarta menyebut sebagai makam Kotagede, sesuai dengan nama daerah ini yang terletak di sudut Tenggara Kota Yogyakarta, lebih kurang 5 kilometer dari pusat Kota.

SEJARAH KOTAGEDE

Kotagede: Riwayatmu Kini ..
Kotagede identik dengan perak sehingga dijuluki Kota Perak. Memang sejak dahulu bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam ini terkenal dengan kerajinan peraknya. Bahkan kerajinan perak Kotagede juga menembus pasar mancanegara.

Ratusan warga Kotagede mengantungkan hidupnya dari kerajinan ini. Lihat saja, di sepanjang jalan utama di wilayah yang terletak tujuh kilometer ke arah tenggara pusat Kota Yogyakarta ini berjajar toko-toko yang menjajakan kerajinaan perak. Kata ‘perak’ dan ’silver’ tertera di kanan-kiri Jalan Kemasan, Jalan Mondorakan, hingga Jalan Tegalgendu.

Sebelum tahun 1990-an hanya pengusaha perak yang beromset besar saja yang membuka showroom-nya, seperti Tom Silver, MD Silver, HS Silver, Narti Silver dan sebagainya. Namun menginjak pertengahan dekade 90-an, pengusaha kecil dan menengah mulai meramaikan bisnis perak ini. Banyak diantaranya yang sebelumnya bekerja sebagai pengrajin perak di perusahaan besar.

Pengrajin perak di Kotagede terkenal dengan produknya yang unik, halus dan telaten dalam menggarap produk peraknya sehingga menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Ratusan jenis kerarijinan perak dihasilkan, mulai dari cincin, giwang, bros, miniatur sepeda, becak, andhong, kapal-kapalan dan berbagai hiasan lainnya.

Harga jual kerajinan perak Kotagede bervariasi, mulai yang termurah bros rata-rata Rp 10 ribu, cincin perak mulai harga Rp 100 ribu, miniatur becak Rp 250 ribu, miniatur andhong Rp 200 ribu. Bahkan ada yang harganya mencapai puluhan juta rupiah tergantung tingkat kerumitan dan banyaknya bahan baku yang digunakan.

Sekedar tips bila ingin membeli kerajinan perak di sini, jangan keburu membeli di satu toko bandingkan dulu dengan harga toko lainnya. Mungkin anda bisa mendapatkan harga yang lebih hemat.**

Sunday, March 4, 2007

Menelusuri Jejak Perak Kotagede

SIAPA yang tidak mengenal kawasan Kotagede? Sentra kerajinan perak itu telah menjadi brand image tersendiri bagi setiap wisatawan yang datang ke Yogyakarta.

Kawasan yang terletak sekitar 10 kilometer tenggara dari Kota Yogya itu menarik wisatawan, khususnya turis mancanegara, karena banyak perhiasan dan aksesoris perak yang ditawarkan di sana. Selain Kotagede, sebenarnya ada beberapa sentra kerajinan perak lain di Indonesia, seperti Bali dan Lombok. 

Namun, kerajinan perak Kotagede memiliki ciri khas tersendiri, yakni tetap dipertahankannya proses pembuatan barang kerajinan secara manual. "Sejak dulu sampai sekarang keunggulan produk kami adalah pengerjaan secara manualnya," kata A Rifai Halim, seorang pengusaha perak di Kotagede. 

Lokasi perajin perak di Kotagede tersebar merata, mulai dari Pasar Kotagede sampai Masjid Agung. Saat ini sekitar 60 toko yang menawarkan berbagai produk kerajinan perak. Sedikitnya ada empat jenis tipe produk yang dijual, yakni filigri (teksturnya berlubang-lubang), tatah ukir (teskturnya menonjol), casting (dibuat dari cetakan), dan jenis handmade (lebih banyak ketelitian tangan, seperti cincin dan kalung). 

Untuk memperoleh sebuah bentuk, banyak proses yang harus dikerjakan seorang perajin. Yanto, perajin perak, menjelaskan, tahap paling awal adalah membuat desain, kemudian memindahkan desain itu ke cetakan. 

Selanjutnya, lempengan kuningan atau tembaga sebagai bahan dasar didrik dengan memakai timah lunak. "Kalau sudah didrik baru dirangkai. Langkah terakhir adalah pelapisan bentuk yang sudah jadi dengan perak melalui proses penyepuhan." 

Yanto menambahkan, sebagian bentuk memerlukan proses yang berbeda. Perak lempengan harus dipahat sedikit demi sedikit dengan lembaran aspal atau lilin atau kawat perak tipis, dan dirangkai sedemikian rupa untuk memperoleh bentuk yang dikehendaki. Kebanyakan ornamen kerajinan perak Kotagede sangat dipengaruhi oleh motif kain batik. 

Penentuan harga barang kerajinan perak tidak hanya didasarkan pada besar-kecil atau beratnya, tetapi juga nilai seni dan tingkat kerumitan dalam pengerjaannya. MENURUT para pengusaha perak di Kotagede, kerajinan perak yang digeluti sebagian besar masyarakat wilayah itu bersifat turun-temurun. Awalnya, jumlah perajin hanya beberapa orang, karena usaha mereka hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan perhiasan atau perlengkapan lainnya bagi raja dan kerabat keraton. 

Sebelum berkembang menjadi sentra kerajinan perak, Kotagede merupakan ibu kota Kerajaan Mataram yang pertama, dengan raja pertama Panembahan Senopati. Panembahan Senopati menerima kawasan yang waktu itu masih berupa hutan yang sering disebut Alas Mentaok dari Sultan Pajang, Raja Kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kotagede menjadi ibu kota hingga tahun 1640, karena raja ketiga Mataram Islam, Sultan Agung, memindahkannya ke Desa Kerto, Plered, Bantul. 

Menurut Rifai, keberadaan perajin perak muncul seiring dengan lahirnya Mataram. "Perpindahan ibu kota ke Plered itu ternyata tidak membuat para perajin ikut-ikutan pindah. Mereka yang biasanya melayani kebutuhan raja itu tetap mempertahankan usahanya dengan menjualnya ke masyarakat umum." Masa kejayaan Kotagede sebagai sentra industri perak terjadi pada era 1970-1980. 

Saat itu, jenis barang didominasi oleh alat-alat makan untuk memenuhi permintaan turis asing. "Apalagi, saat itu belum banyak toko yang menjual produk kerajinan perak," kata Rifai. Menurut Sutojo, Ketua II Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta (KP3Y) keberadaan perajin perak di Kotagede juga tak luput dari peran Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang masuk ke Yogyakarta sekitar abad ke-16 silam. 

Waktu itu, banyak pedagang VOC yang memesan alat-alat rumah tangga dari emas, perak, tembaga, dan kuningan ke penduduk setempat. "Berdasarkan data KP3Y tahun 2000, sedikitnya 2.000 orang terlibat langsung dalam mata rantai industri perak di Kotagede. Perajinnya pun tidak hanya dari masyarakat Kotagede, namun sudah meluas. Orang-orang dari Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul banyak datang dan bermukim di Kotagede untuk menjadi perajin perak," papar Sutojo. 

Namun, sejak krisis moneter dan maraknya peledakan bom di Indonesia, industri kerajinan perak kian meredup. Bahkan, saat ini ratusan perajin perak terpaksa gulung tikar. Dari sekitar 2.000 perajin, 30 persen di antaranya beralih ke profesi lain seperti kusir andong, usaha warung, dan kuli bangunan. Perajin yang masih bertahan tidak lagi mengandalkan perak sebagai bahan baku kerajinan. 

Sekitar 40 persen di antaranya memanfaatkan tembaga dan kuningan sebagai bahan baku alternatif. Keterpurukan kerajinan perak Kotagede itu diperparah oleh semakin minimnya minat generasi muda menggeluti usaha itu. Mereka lebih memilih bekerja di sektor yang dinilai praktis dan menjanjikan secara ekonomi, misalnya bekerja sebagai buruh pabrik ataupun pegawai negeri. 

Perjalanan historis Kotagede sebagai sentra industri perak memang pernah mengalami masa kejayaan. Namun, saat ini kondisinya tengah terpuruk. Untuk mengembalikan masa kejayaan, sepertinya tidak mudah. Kontribusi dari semua pihak jelas dibutuhkan. Persoalannya, sampai saat ini belum ada langkah konkret untuk menyelamatkan sentra perak tersebut.(ONI/ENY) 

Sumber: Kompas, Kamis, 24 Februari 2005